Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :
a. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga  dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan  pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata  pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman  tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi,  merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi  perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di  masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn  ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di  zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa  itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan  diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan  selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri.  Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan  yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan  agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian.  Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela  dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita  telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan  pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali  memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah.  Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat  atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap  kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan  larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan  kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu  berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan  sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat  dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa  pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa  daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat  jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang.  Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai  perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik  Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan  dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan  semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran  Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa  serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di  Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat  suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai  sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul  itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang.  Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan  unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk  mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan  Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman  itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak  Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan  tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang  mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara  turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan  nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan  budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui  Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18  Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr.  Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan  Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada  Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di  tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai  dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah  pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan  pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama  Pencak Silat yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua  daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah  di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang  menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus  begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang  terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan  pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang  bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau  kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau  bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur  olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat  selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah  sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk  membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya  (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai  keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang  Maha Esa.
Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai  insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi  yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran  kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam  menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi  pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat  mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/  keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia  dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.
Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di  daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada  jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan  suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus  menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian  antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir  semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai  olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera  Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat.  Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela  diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak  Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur  masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya  Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan  tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan  Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak  maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat  pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya  menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah  bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan  menyimpulkan makalah-makalah :
1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas  anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat  penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan  program Senam Pagi Indonesia (SPI).
Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan  (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui  percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat.  Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama  kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama  pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya  unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan  Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat  serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan  olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada  umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di  negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark,  Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.
Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai  banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di  segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820  perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis  untuk melestarikan warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah  Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan pertimbangan  lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam  mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus  menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus  dasar bagi keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan  pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan yang ada. Sistem  pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan  jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Gelanggang dapat di lantai atau dipanggung dan dilapisi matras dengan  tebal maksimum 5 cm, permukaan rata dan tidak memantul serta ditutup  dengan alas yang tidak licin, berukuran 9 x 9 meter.
Gelanggang terdiri dari :
Bidang Gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 7 x 7 m.
Bidang Laga berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang
Batas Gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah  luar 5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang. Pada  tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2 m  selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
Lingkaran tersebut mempunyai tanda garis lurus pada garis tengah  lingkaran selebar 5 cm. Yang sejajar dengan sisi bujur sangkar dan  berwarna kontras dengan permukaan gelanggang.
Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar yang berhadapan  dan dibatasi oleh lingkaran bidang laga. Sudut yang berhadapan lainnya  adalah sudut netral.
Perlengkapan gelanggang :
a. Ember, gelas, kain pel dan kesed dari ijuk,
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
Perlengkapan pertandingan :
a. Pakaian pertandingan, pakaian Pencak Silat berwarna hitam
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
Pembagian kelas :
Menurut umurnya, peserta dibagi 3 golongan :
- Golongan remaja berumur di atas 14 s/d 17 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
Menurut berat badan, pesilat dibagi dalam kelas-kelas :
Golongan Remaja :
Kelas A, 33 – 39 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Golongan Teruna :
Kelas A, 40 – 45 kg
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Waktu Pertandingan
Permainan dilangsungkan dalam 3 babak yang setiap babak terdiri dari 2  menit. Di antara babak yang satu dengan lainnya diberikan waktu  istirahat 1 menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak  termasuk waktu bertanding dan perhitungan terhadap pemain yang jatuh  karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding.
Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran perkenaan adalah bagian tubuh kecuali  leher ke atas dan kemaluan yaitu dada, perut, punggung dan pinggang kiri  serta kanan. Bagian tungkai lengan dapat dijadikan sasaran serangan  menjatuhkan dan mengunci tetapi tidak mempunyai nilai sebagai sasaran  perkenaan. Setiap pertandingan dipimpin oleh 1 (satu) orang wasit dan  dibantu oleh 5 (lima) orang juri penilai.
KONI Pusat
National Olympic Committee of Indonesia
National Olympic Committee of Indonesia

